KM Pangrango Alami Gangguan Mesin di Laut Banda, Sandar di Saumlaki Terlambat Beberapa Jam
Maluku, kpktipikor.id – Kapal Motor (KM) Pangrango kembali menjadi sorotan publik usai mengalami gangguan mesin dalam pelayaran dari Ambon menuju Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Insiden ini menyebabkan keterlambatan sandar selama beberapa jam, serta memunculkan keresahan di kalangan penumpang yang menyoroti aspek keselamatan dan manajemen krisis di laut.
Kapal milik PT Pelni ini bertolak dari Pelabuhan Ambon pada Minggu, 15 Juni 2025 pukul 17.00 WIT. Namun, sekitar 48 jam perjalanan, tepatnya pada Selasa (17/6), kapal dilaporkan mengalami kerusakan mesin di wilayah perairan antara Banda dan Tanimbar. Salah satu mesin utama dikabarkan mati total, sehingga kapal hanya dapat melaju dengan satu mesin operasional.
Sesuai jadwal, KM Pangrango dijadwalkan sandar di Pelabuhan Saumlaki pada Selasa, 17 Juni 2025 pukul 14.00 WIT. Namun akibat gangguan teknis tersebut, kapal terlambat beberapa jam dan baru diperkirakan tiba sekitar pukul 22.00 WIT.
Akibat insiden ini, ratusan penumpang terjebak dalam ketidakpastian di tengah laut. Minimnya informasi dari pihak kapal memperparah kekhawatiran, terutama bagi keluarga penumpang yang menunggu kabar di darat.
“Kami baru tahu dari pesan singkat yang dikirim salah satu anggota keluarga di kapal, sinyalnya juga lemah. Kalau tak ada HP, kami tidak tahu apa-apa. Kami panik, Kekhawatiran semakin meningkat mengingat kondisi cuaca buruk di perairan laut yang rawan gelombang tinggi dan angin kencang.“ ujar Ros Wuar salah satu keluarganya ikut pelayaran tersebut.
Hingga berita ini diterbitkan, PT Pelni sebagai operator belum mengeluarkan keterangan resmi terkait penyebab gangguan mesin maupun langkah perbaikan. Otoritas Pelabuhan Saumlaki dan pihak terkait juga belum memberikan penjelasan teknis mengenai insiden tersebut.
Cermin Masalah Sistemik Transportasi Laut di Maluku
Kasus ini menambah daftar panjang persoalan transportasi laut di wilayah Indonesia timur, khususnya Maluku dan Kepulauan Tanimbar, yang sangat bergantung pada kapal sebagai satu-satunya akses logistik dan mobilitas.
“Kami tidak diberi penjelasan resmi. Banyak penumpang panik karena kapal hanya pakai satu mesin di tengah laut,” ungkap salah satu penumpang yang enggan disebutkan namanya.
Buruknya perawatan, usia armada yang menua, serta minimnya sistem mitigasi darurat menjadi masalah klasik yang belum terselesaikan. Pemerintah dan operator dinilai perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk pembaruan kapal dan peningkatan standar pelayanan penumpang.
Petrus. L
Tidak ada komentar