SBSI Maluku Serukan Perlawanan atas Eksploitasi Laut dan Pengabaian Adat di Kepulauan Tanimbar

waktu baca 3 menit
Kamis, 12 Jun 2025 21:22 32 Kaperwil Maluku

Maluku, kpktipikor.id -Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Maluku, Demas Luanmase, menyuarakan seruan keras menyikapi kondisi genting yang melanda Perairan Seira, Kecamatan Wermaktian, Kepulauan Tanimbar. Dalam sebuah orasi publik yang menggema hingga ke komunitas adat, ia mengecam keras eksploitasi laut ilegal oleh kapal-kapal industri luar yang dinilai mengancam kelestarian ekosistem dan nilai budaya masyarakat adat Duan Lolat.

“Perairan Seira bukan sekadar wilayah tangkap. Ini ruang hidup, sumber budaya, dan harga diri masyarakat adat. Ini bukan gerakan politik. ini panggilan nurani,” tegas Ketua SBSI Maluku, Demas Luanmase, saat dihubungi media ini via sambungan telepon dari Kota Ambon, Senin (10/6).

Menurutnya, kawasan laut ini kini dikuasai oleh aktor ekonomi eksternal yang beroperasi tanpa izin resmi dan tanpa menghormati sistem petuanan adat. Salah satu spesies paling terancam adalah ikan terbang, simbol penting bagi masyarakat setempat yang juga bernilai tinggi secara ekonomi dan ekologis.

“Yang merusak laut Seira harus dihentikan. Ini soal kedaulatan adat, bukan hanya soal sumber daya. Uang merah-merah telah membutakan banyak hati,” ujarnya lantang.

Ketika Arus Rupiah Menggerus Adat: Budaya Terancam, Laut Dijual

Di tengah narasi pelestarian budaya yang gencar dikampanyekan pemerintah, masyarakat Seira justru menghadapi kenyataan pahit: laut adat mereka dijadikan ladang eksploitasi komersial.

“Kami diberi ceramah tentang pelestarian budaya, tapi miliaran rupiah dari hasil laut justru menggerus nilai-nilai kami. Suara mesin kapal kini lebih keras dari suara tua-tua adat,” ungkap Luanmase.

Ia menegaskan, adat bukan penghambat kemajuan. Justru sebaliknya, adat adalah kompas moral yang menjaga arah di tengah arus modernisasi yang kian agresif.

Tuntutan Terbuka: Kepala DKP KKT Harus Bertindak atau Mundur

Melihat tidak adanya langkah nyata dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Tanimbar, SBSI Maluku mendesak Kepala Dinas untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap praktik ilegal di Perairan Seira. Bila tidak mampu, Luanmase menuntut agar jabatan tersebut dievaluasi atau ditinggalkan.

Kami tidak butuh pemimpin yang hanya duduk di balik meja. Kami butuh pemimpin yang siap berdiri di garis depan bersama rakyat,” katanya tegas.

Konflik Laut: Cermin Ketimpangan Struktural dan Penghapusan Identitas

Krisis di Seira adalah potret dari persoalan struktural yang lebih luas: konflik sumber daya laut di wilayah adat Indonesia Timur. Ketika kapal-kapal masuk tanpa menghargai kearifan lokal, nelayan lokal tersingkir, dan struktur sosial masyarakat terpinggirkan.

Laut bukan hanya tempat hidup. Ia adalah identitas kami. Dan kami tidak akan tinggal diam saat identitas itu dilucuti oleh keserakahan berkedok investasi,” ujar Luanmase.

Sikap Tegas SBSI: Ini Baru Awal dari Perlawanan

Luanmase menegaskan bahwa perjuangan ini bukan akan berakhir di satu orasi atau aksi semata. SBSI Maluku berkomitmen untuk terus berdiri di garis depan demi melindungi kedaulatan laut adat dan ekosistem Perairan Seira dari kerusakan yang lebih besar.

Ini bukan akhir. Ini baru awal,” tutupnya penuh semangat.

 

Catatan Redaksi: Mengapa Perairan Seira Harus Dilindungi?

Perairan Seira merupakan bagian dari wilayah adat Duan Lolat yang memiliki ekosistem laut tropis dan kaya akan ikan terbang, spesies ikonik yang menjadi sumber penghidupan dan identitas budaya masyarakat setempat. Masuknya kapal industri dari luar, tanpa menghargai adat dan transparansi hukum, berisiko menghancurkan tatanan budaya, sosial, dan ekologi yang telah dijaga secara turun-temurun.

Petrus Livurngorvaan/Watkaat

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA