Walikota Banda Aceh Hj.Illiza Sa’aduddin Djamal,SE.: Banda Aceh kota Harmoni, Berbudaya, Religi dan Aman

waktu baca 3 menit
Sabtu, 11 Okt 2025 20:22 13 Admin Pusat

BALI, kpktipikor.id.- Walikota Banda Aceh, Illiza Djamal menjadi salah satu pembicara utama dalam forum nasional bertajuk “Masa Depan Pariwisata Indonesia: Inspirasi dari Bali – AI dan I’MPACT” yang diselenggarakan di Bali, Sabtu (11/10/2025).

Acara ini dibuka oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Widyanti Putri Wardhana, dan dihadiri oleh para kepala daerah, akademisi, serta pelaku industri pariwisata dari seluruh Indonesia.

Dalam pemaparannya yang berjudul “Banda Aceh: Kota yang Menawan dengan Iman, Budaya, dan Harmoni”, Wali Kota Illiza menguraikan visi Banda Aceh sebagai kota yang tumbuh melalui kolaborasi dan nilai keberkahan. Ia menekankan bahwa pembangunan pariwisata di Banda Aceh bukan sekadar soal keindahan alam atau peningkatan kunjungan wisata, melainkan tentang menghadirkan keharmonisan antara manusia, alam, dan nilai-nilai keislaman.

“Banda Aceh bukan hanya destinasi wisata, tetapi ruang pembelajaran tentang harmoni dan keberkahan. Kami ingin setiap orang yang datang untuk memancing ke Banda Aceh bukan hanya membawa pulang kenangan, tetapi juga makna,” ujar Illiza di hadapan peserta forum.

Illiza memaparkan bahwa semangat pembangunan pariwisata Banda Aceh didasarkan pada nilai I’MPACT (People, Planet, Prosperity, Peace, and Partnership), yang menjadi semangat dari visi Banda Aceh sebagai Kota Kolaborasi.

Melalui branding “Charming Banda Aceh”, ia memperkenalkan lima pesona utama kota yang hidup berdampingan dalam harmoni:

Wisata Seni dan Budaya – menampilkan Seudati, Rapai, dan festival budaya yang hidup di tengah masyarakat.
— Wisata Tsunami melalui Museum Tsunami dan PLTD Apung sebagai simbol keteguhan dan kebangkitan.
Wisata Heritage dan Islami dari Masjid Raya Baiturrahman hingga tradisi Zikir dan Kenduri Maulid.

Wisata Kuliner juga menghadirkan cita rasa autentik Mie Aceh, Kuah Beulangong dan Kophi Aceh.
— Wisata Alam Bahari – melalui kolaborasi kawasan BASAJAN (Banda Aceh–Sabang–Jantho) yang memadukan laut, langit, dan budaya.

Wali Kota Illiza juga memperkenalkan inovasi baru Banda Aceh sebagai “Kota Parfum Indonesia”, yang lahir dari potensi tanaman aromatik seperti nilam, seulanga, kenanga, dan melati.

“Dari kekayaan ini, kami membangun ekosistem baru seperti Galeri Parfum Banda Aceh dan Gampong Wisata Parfum. Kami ingin aroma Banda Aceh tidak hanya tercium, tapi diwujudkan melalui karya dan kreativitas masyarakatnya.”

Selain inovasi ekonomi kreatif, Illiza menegaskan bahwa seluruh kebijakan pariwisata Banda Aceh berpijak pada prinsip pariwisata hijau dan halal, yang menekankan kebersihan, ramah lingkungan dan nilai religius.

Ia memaparkan sejumlah program prioritas yang sedang dijalankan Pemko Banda Aceh, antara lain:

Penataan strategi kawasan wisata Ulee Lheue berdasarkan RIPPARKOT yang diselaraskan dengan RIPARNAS.
Pembangunan Miniatur Replika Kapal Laksamana Keumalahayati di Ulee Lheue sebagai ikon baru dan lokasi event budaya.
Revitalisasi Taman Sari dan Taman Putroe Phang sebagai Pusat Informasi sejarah Putroe Phang, Pariwisata dan ruang interaktif publik berbasis komunitas.

Illiza Djamal juga memperkenalkan rencana besar “Banda Aceh Colossal 2026”, yang akan menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf RI.

Melalui kegiatan tersebut, Banda Aceh ingin menunjukkan dirinya sebagai kota yang kreatif, modern, spiritual, dan penuh energi positif.

Selain promosi pariwisata berbasis event, Illiza menyoroti pentingnya digitalisasi dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam strategi promosi pariwisata.

Pemerintah kota Banda Aceh kini tengah mengembangkan Smart Tourism Map, integrasi data wisata berbasis teknologi untuk mempermudah pengalaman wisatawan.

“Teknologi dan AI bukan untuk menggantikan manusia, tapi untuk mempermudah pelayanan terhadap para Pelancongan yang berkunjung ke Banda Aceh.

Illiza mengatakan di dalam forum, ” kerjasama semua lintas sektoral serta dukungan dan partisipasi masyarakat, untuk menggalakkan kota Banda Aceh yang lebih bermakna, bersih, tertip, nyaman dan aman serta senyum penduduk nya sebagai daya tarik dan daya pikat bagi wisatawan yang datang ke kota Banda Aceh,” tutupnya.

Sudar:(wrt), Kaperwil Aceh.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA