Tapaktuan Rabu, 23 Rabiʼul Akhir 1447 H
15 Oktober 2025 Tauhid adalah mengesakan Allah dalam ibadah, orang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang diibadahi. Inti dakwah para Rasul adalah menyeru dan mengajak umatnya kepada tauhid dan menjauhi syirik. Mentauhidkan Allah dalam rububiyah-Nya, uluhiyah-Nya dan dalam nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi adalah sumber kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah ﷻ berfirman:
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْٓا اِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الْاَمْنُ وَهُمْ مُّهْتَدُوْنَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-An’am: 82)
Keamanan yang di maksud adalah rasa aman di dunia dan akhirat. Keamanan di dunia dengan jiwa yang ridha dan diridhai (oleh Allah), jiwa yang bersih lagi bertakwa. Sedangkan rasa aman yang didapat di surga Allah ﷻ, bersama para Nabi, para shiddiqin, para syuhada dan para shalihin. Sungguh, mereka adalah sebaik-baik teman. Adakah kebahagiaan yang lebih berharga dibandingkan ini semua?!. Apakah ada anugerah yang lebih tinggi dan utama dari anugerah tersebut?!. Itulah anugerah dari Allah Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan, Yang Maha Memberikan segala sesuatu.
Bagi seorang muslim, kemerdekaan dan kebahagiaan yang hakiki adalah menjadi hamba Allah sepenuhnya dan merasa bahagia dengan menunaikan hak Allah dalam tauhid. Merasa bahagia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merasa bahagia berakhlak mulia, membantu sesama, serta memudahkan urusan orang lain.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. (Syarah Tsalatsati Ushul, hal 39). Dari makna ini dapat dipahami bahwa banyak hal dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk yang lain, namun seseorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan: “Tauhid adalah engkau menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun.” (Syarah Tsalatsati Ushul, hal. 24)
Menjadi hamba yang bertauhid, beribadah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun adalah tujuan hidup di dunia dan sumber kebahagiaan. Dengan menjadi hamba Allah yang sejati yang menunaikan hak Allah itulah kemerdekaan yang mengantarkan kepada kebahagiaan. Karena hakikat kehidupan adalah beribadah kepada Allah semata dan melaksanakan perintah-Nya. Allah ﷻ berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Menjadi hamba Allah, beribadah mentauhidkan Allah, serta menjalankan perintah-Nya adalah sumber kebahagiaan. Hal ini dibahas dalam kitab tauhid agar kita benar-benar menghambakan diri kepada Allah. Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah menjelaskan tanda hamba yang bertauhid, beliau berkata: “(1) Jika diberi kenikmatan, dia bersyukur; (2) jika diuji dengan ditimpa musibah, dia bersabar; (3) dan jika melakukan dosa, dia beristighfar (bertaubat). Tiga hal ini adalah tanda kebahagiaan.” (Matan Al-Qawa’idul Arba’)
Bagi seorang muslim, kemerdekaan dan kebahagiaan sejati adalah menjadi hamba Allah sepenuhnya dan merasa bahagia dengan menunaikan hak Allah dalam tauhid. Merasa bahagia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Merasa bahagia berakhlak mulia, membantu sesama, serta memudahkan urusan orang lain.
Tauhid adalah nikmat yang tiada duanya, sebab tauhid adalah kunci surga dan sebab diterimanya amal. Dengan tauhid (tidak melakukan kesyirikan), manusia akan selamat dari kekekalan azab neraka. Allah ﷻ berfirman:
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (QS. Al-Maidah: 72)
Semoga Allah menjadikan kita hamba-Nya yang bertauhid dan menjauhi segala bentuk kesyirikan.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik yang aku ketahui dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 716)
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim 1893)
NARA SUMBER
#kalender #kalenderhijriyah #kalenderislam #kalenderdakwah #posterdakwah #dakwah #sunnah #nasihat #adab #ilmu #islam #iman #ihsan #amal #amalan #tauhid #bertauhid #ibadah #bahagia #kebahagiaan #kemerdekaan #syukur #nikmat #syukurnikmat #sabar #ujian #musibah #istighfar #dosa #syirik
EDITOR WIRA TAPAKTUAN 1984 TIPIKOR
Tidak ada komentar