Ledakan Dini Hari dan Rumah yang Jadi Abu: Tragedi Misterius di Balohao

waktu baca 3 menit
Minggu, 28 Sep 2025 18:18 20 Admin Pusat

Nias Selatan, kpktipikor.id – Fajar belum sempat merekah ketika warga Desa Balohao, Kecamatan Aramo, dikejutkan oleh ledakan keras yang mengguncang bumi pertiwi. Pukul 04.00 WIB, Selasa (16/9/2025), dentuman itu memecah sunyi malam dan menjadi pertanda awal dari musibah besar: rumah megah milik Kepala Desa Balohao, Foele Buulolo, dilalap api hingga rata dengan tanah.
Dalam hitungan menit, si jago merah menjilat dinding, melumat atap, dan melahap seluruh isi bangunan semi permanen berukuran 9×14 meter itu. Meski sebagian besar rumah terbuat dari beton, kobaran api tak terhalang. Televisi, kulkas, sofa, kasur, hingga dokumen-dokumen penting tak luput dari amukan. Ketika bara padam, hanya puing dan arang yang tersisa. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.
Namun, tragedi ini bukan sekadar soal kebakaran. Ada ironi yang menyesakkan: sang kepala desa, Foele Buulolo, justru tidak berada di rumah saat kejadian. Ia mengaku tengah berada di Telukdalam bersama istrinya untuk mengurus dokumen administrasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
“Rumah dalam keadaan terkunci. Saya baru tahu setelah ada warga memberi kabar pukul 04.05 WIB,” kata Foele.
Pernyataan itu langsung memunculkan pertanyaan: mengapa rumah kosong saat musibah terjadi? Dan dari mana asal ledakan yang terdengar sebelum api berkobar?
Dentuman yang Tak Wajar
Saksi mata, Talimohau Buulolo, adalah orang pertama yang melihat nyala api. Ia mengaku terbangun karena mendengar ledakan keras. Tak lama setelahnya, api mulai muncul dari dalam rumah kepala desa.
“Api pertama kali muncul dari dalam. Sekejap membesar, lalu membakar semuanya,” ujarnya.
Ledakan sebelum kebakaran menjadi titik ganjil yang membuat warga sulit percaya ini hanya kecelakaan biasa. Apalagi, rumah seorang kepala desa pasti menyimpan banyak dokumen penting dan barang berharga.
Warga yang terbangun segera berlarian membawa ember dan timba untuk memadamkan api. Namun, upaya manual tak bisa menandingi besarnya kobaran. Mobil pemadam kebakaran tak kunjung datang. Jarak yang terlalu jauh dari kota membuat warga hanya bisa pasrah melihat rumah kepala desa berubah jadi lautan api.
Ketiadaan armada damkar di desa kembali menjadi sorotan pedas terhadap Pemerintah Kabupaten Nias Selatan. Tragedi ini seolah menjadi simbol nyata betapa rapuhnya sistem penanganan darurat di pedalaman.
Musibah atau Sinyal Politik?
Hingga kini, penyebab kebakaran masih belum terungkap. Dugaan awal mengarah ke korsleting listrik. Namun, suara ledakan yang terdengar sebelumnya membuka celah spekulasi. Mungkinkah ada unsur kesengajaan?
Desas-desus mulai merebak di kalangan warga. Di warung kopi hingga pertemuan informal desa, bisik-bisik mulai terdengar nyaring. “Kalau hanya korslet, kenapa terdengar seperti ledakan?” tanya seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Aroma rekayasa mulai tercium. Beberapa warga mencurigai adanya motif politik di balik kebakaran ini. Namun, belum ada bukti yang menguatkan dugaan tersebut. Aparat desa memilih bungkam. Polisi pun masih melakukan penyelidikan dan belum mengeluarkan pernyataan resmi.
Lebih dari Sekadar Abu
Kini, Foele Buulolo tinggal menghitung kerugian dari puing-puing rumahnya. Namun bagi warga Desa Balohao, yang lebih membekas bukanlah nilai materinya, melainkan misteri yang belum terjawab.
Api memang telah padam. Tapi bara pertanyaan masih menyala. Apakah ini murni musibah? Atau ada tangan-tangan tak terlihat yang sedang memainkan api?
(Tim)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA