Jika Anak Tak Nyaman di Masjid, Siapa yang Akan Mengisinya Kelak?

waktu baca 3 menit
Minggu, 5 Okt 2025 10:57 75 Admin Pusat

Tapaktuan 05 Oktober. 2025 Di tengah-tengah kekhusyukan ibadah di masjid, terkadang kita merasa terganggu oleh suara anak-anak yang berlarian atau tertawa.

Tak jarang pula, kita melihat orang dewasa memasang wajah kesal, bahkan mengusir anak-anak itu dari rumah Allah.

Namun, pernahkah kita berpikir lebih dalam: lebih baik anak-anak itu “ribut” di masjid hari ini, daripada kelak “ribut” di jalanan karena pergaulan bebas, narkoba, atau tindakan negatif lainnya?

Anak-anak adalah amanah sekaligus investasi masa depan.

Jika sejak kecil mereka dijauhkan dari masjid hanya karena dianggap mengganggu, ke mana mereka akan pergi saat tumbuh dewasa? Bukankah jalanan yang penuh godaan dan pengaruh buruk siap menyambut mereka? Pada akhirnya, ketika anak terjerumus dalam pergaulan bebas, narkoba, atau kejahatan lainnya, bukan hanya mereka yang akan menanggung akibatnya — orang tua pun akan menanggung malu, bahkan dosa.

Islam mengajarkan kita untuk mendidik anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Rasulullah ﷺ bersabda:

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْأَمِيرُ رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Abdan Telah mengabarkan kepada kami Abdullah Telah mengabarkan kepada kami Musa bin Uqbah dari Nafi’ dari Ibnu Umar radliallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya.
Seorang Amir adalah pemimpin.
Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya.
Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya.
Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari No. 4801 dan Muslim )

Orang tua adalah pemimpin pertama dalam kehidupan anak.

Merekalah yang bertanggung jawab membimbing anak menuju jalan kebaikan, termasuk membiasakan mereka mencintai rumah Allah sejak dini.

Suara tawa dan langkah kecil anak-anak di masjid bukanlah gangguan, melainkan tanda bahwa generasi penerus umat masih memiliki masa depan yang terikat dengan nilai-nilai Islam.

Al-Qur’an pun mengingatkan pentingnya menjaga keluarga dari kebinasaan:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ ۝٦

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. At-Tahrim [66]: 6)

Ayat ini menegaskan bahwa tanggung jawab utama kita bukan hanya memperbaiki diri sendiri, tetapi juga membina keluarga agar tidak terjerumus ke dalam keburukan. Pendidikan anak tidak berhenti di rumah, tetapi harus diperkuat oleh lingkungan yang baik — salah satunya adalah masjid.

Penulis mengajak seluruh elemen masyarakat — orang tua, guru, tokoh agama, dan pemerintah — untuk bersinergi menciptakan ruang yang aman, ramah, dan menyenangkan bagi anak-anak di masjid.

Jangan biarkan rumah Allah menjadi tempat yang menakutkan bagi mereka.

Biarkan anak-anak belajar mencintai ibadah, mengenal Tuhannya, dan tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi cahaya iman.

Sebab, dari tangan-tangan kecil merekalah masa depan umat akan dibangun.

Lebih baik anak “ribut” di masjid hari ini, daripada “ribut” di jalanan esok hari.

Mari kita jaga, bimbing, dan doakan mereka.

Karena anak-anak bukan hanya milik keluarga, tetapi juga titipan umat dan penerus peradaban.

Nara Sumber Muhammad Ali Akbar, M.Pd.I – Dosen STAI Tapaktuan & Penyuluh Agama Islam KUA Tapaktuan)

@ WIRA. TAPAKTUAN 1984 TIPIKOR

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA