HARI SANTRI Tapaktuan 22 Oktober 2025

waktu baca 5 menit
Rabu, 22 Okt 2025 10:35 3 Admin Pusat

Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober.

Tanggal ini ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan atas peran penting para santri dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

Latar Belakang Hari Santri Nasional

Berikut adalah beberapa poin penting terkait Hari Santri Nasional:

1. Penetapan:

Ditetapkan pada tahun 2015 oleh Presiden Ir. H Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015[

2. Sejarah:

Tanggal 22 Oktober merujuk pada peristiwa penting yaitu Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.

Resolusi ini menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk berjihad melawan penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia

3. Makna Santri:

Istilah “santri” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “murid” atau “siswa,” yang merujuk pada seseorang yang belajar di Pondok Pesantren

4. Tujuan Peringatan:

Hari Santri Nasional diperingati untuk mengenang, meneladani, dan melanjutkan peran ulama dan santri dalam membela negara serta berkontribusi dalam pembangunan bangsa

Dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional, diharapkan masyarakat Indonesia dapat semakin menghargai peran dan kontribusi para santri dalam sejarah perjuangan bangsa dan pembangunan negara

Berikut adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang relevan dengan konsep santri atau pencari ilmu dalam Islam, beserta penjelasannya:

Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang Ilmu dan Ulama

1. Surah At-Taubah (9):122)
– وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Terjemahan: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri(nya).”
(QS At-Taubah (9):122)

– Penjelasan: Ayat ini menekankan pentingnya sebagian umat Muslim untuk fokus mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin) agar dapat memberikan peringatan dan bimbingan kepada masyarakat.

Ini adalah esensi dari peran seorang santri.

2. Surah Al-Mujadalah (58):11)

– يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Terjemahan: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al-Mujadalah (58):11)

– Penjelasan: Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu.

Ini memotivasi umat Islam untuk terus mencari ilmu dan meningkatkan keimanan.

3. Surah Ali Imran (3):18)

– شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Terjemahan: “Allah SWT menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia, demikian pula para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan.

Tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

(QS Ali Imran (3):18)

– Penjelasan: Ayat ini menempatkan ulama (orang-orang berilmu) pada posisi yang mulia, sejajar dengan malaikat, dalam menyaksikan keesaan Allah SWT dan menegakkan keadilan.

Relevansi dengan Konsep Santri

– Pencarian Ilmu: Ayat-ayat di atas menekankan pentingnya mencari ilmu agama, yang merupakan inti dari kegiatan seorang santri di pesantren.

– Peningkatan Derajat: Dengan mencari ilmu, seorang santri berupaya meningkatkan derajat dirinya di sisi Allah dan masyarakat.

– Peran dalam Masyarakat: Santri diharapkan dapat kembali ke masyarakat dan memberikan bimbingan serta peringatan, sebagaimana disebutkan dalam (QS At-Taubah (9):122).

Karena istilah “santri” merujuk pada konteks pendidikan dan tradisi Islam di Indonesia.

Tidak ada hadist yang secara spesifik menggunakan kata “santri”.

Namun, ada banyak hadist yang mendorong umat Islam untuk menuntut ilmu dan menjadi orang yang berilmu.

Berikut adalah beberapa hadis yang relevan dengan konsep santri atau pencari ilmu dalam Islam.

Hadis-Hadis tentang Keutamaan Menuntut Ilmu

1. Hadis tentang Ulama sebagai Pewaris Nabi

– عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصْنَعُ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ»

Terjemahan: Dari Abu Darda’ RA, ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
Sesungguhnya malaikat akan merendahkan sayapnya bagi penuntut ilmu karena ridha dengan apa yang ia lakukan. Sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh semua yang ada di langit dan di bumi, hingga ikan-ikan di air.
Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham, akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.'”

(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

– Penjelasan: Hadis ini menjelaskan bahwa ulama (orang yang berilmu) adalah pewaris para nabi, yang mewariskan ilmu. Ini sangat relevan dengan peran santri yang belajar ilmu agama di pesantren untuk kemudian menjadi ulama atau tokoh agama di masyarakat.

2. Hadis tentang Keutamaan Orang yang Berilmu
– عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ مُعْتَمِرٍ تَامِّ الْعُمْرَةِ»-

Terjemahan: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: ‘Siapa yang pergi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang melaksanakan umrah dengan sempurna.'”

(HR. Ath-Thabrani no. 7473 dalam Al-Mu’jam Al-Kabir).

– Penjelasan: Hadis ini menekankan keutamaan orang yang pergi ke masjid untuk belajar atau mengajarkan ilmu agama. Ini mencerminkan aktivitas seorang santri yang setiap hari belajar di pesantren.

3. Hadis tentang Pentingnya Niat dalam Menuntut Ilmu
حَدَّثَنَا الْحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ يَقُولُ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيِ

Terjemahan:

Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi Abdullah bin az-Zubair, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id al-Anshari, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ibrahim at-Taimi, bahwa ia pernah mendengar Alqamah bin Waqash al-Laitsi berkata: Aku pernah mendengar Umar bin al-Khaththab di atas mimbar berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan. Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya tertuju apa yang ia niatkan.”

– Penjelasan: Hadis ini, meskipun tidak secara spesifik tentang ilmu, sangat relevan karena menekankan pentingnya niat yang ikhlas dalam menuntut ilmu. Seorang santri harus memiliki niat yang tulus untuk mencari ridha Allah dan memberikan manfaat kepada masyarakat.

Relevansi dengan Konsep Santri

– Pencarian Ilmu:

Hadis-hadis di atas menekankan pentingnya mencari ilmu agama, yang merupakan inti dari kegiatan seorang santri di pesantren.

– Peningkatan Derajat:

Dengan mencari ilmu, seorang santri berupaya meningkatkan derajat dirinya di sisi Allah dan masyarakat.
– Peran dalam Masyarakat:

Santri diharapkan dapat kembali ke masyarakat dan memberikan bimbingan serta pengajaran, sebagaimana yang dicontohkan oleh para ulama pewaris nabi.

Hadis-hadis ini memberikan motivasi dan landasan bagi seorang santri untuk terus bersemangat dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

@ NARA SUMBER

@ WIRA TAPAKTUAN 1984 TIPIKOR

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA