Sabang Aceh – kpktipikor.id – Sejumlah pekerja dan pegawai dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam rangka sambut HUT RI ke 80 di kota Sabang membersihkan dan mengecat “Tangga Tujuh” yang memiliki sejarah penting dalam perkembangan Kota Sabang dimasa lalu.
Jalan setapak yang ratusan anak tangga itu, dahulu ya sempat menjadi jalur alternatif penting dan tergolong padat terutama bagi penelanja yang hendak ke pasar Sabang pada umunya melalui jalan setapak tangga tujuh, kini hanya menjadi saksi bisu kejayaan Sabang di masa kolonial Belanda.
Dimasa kejayaan Sabang tangga tujuh ini cukup terkenal,.bila seseorang yang pergi ke Sabang jika belum berjalan dan.menginjak jalan tangga 7 bersejarah itu, dianggap belum pernah ke Sabang.
Di bawah koordinasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Sabang, Organisasi Perangkat Daerah Kota Sabang melakukan aksi swadaya untuk mempercantik salah satu ikon bersejarah kota sabang yang selama ini terlupakan.
Hal ini dilakukan bukan sekadar mempercantik tampilan tangga dengan warna-warni ceria, tetapi juga sebagai wujud rasa memiliki terhadap warisan sejarah kemasyhuran Sabang dimasa lampaui.
Kepala Dinas PUPR, Luqmanul Hakim, S.T, M.T turun langsung kelokasi sambil memberikan arahan kepada pekerja yang tengah membersihkan untuk persiapan pengecatan. Sesekali ia juga ikut memegang kuas, sembari mengatakan kegiatan ini menjadi bagian dari peringatan HUT ke-80 RI.
” Selain memperingati kemerdekaan, ini juga bentuk kepedulian kita menjaga peninggalan yang menjadi kebanggaan warga Sabang,” ujarnya.
Kerja swadaya itu turut didampingi oleh Ir. Sawidar, M.T, Kabid Cipta Karya PUPR, juga ikut ambil bagian dalam mengarahkan dan mengkombinasi warna pada setiap bagian anak tangga di lokasi tersebut.
Sawidar yang merupakan Alumni arsitek Universitas Syiah Kuala itu tampak mengarahkan pekerja sambil memastikan cat merata hingga ke sudut-sudut anak tangga.
“Kalau warnanya cerah, ‘Tangga Tujuh” bukan hanya indah di mata, tapi juga membawa energi positif bagi yang melaluinya,” ucap Sawidar kepada media, Senin (11/08).
Bagi warga, Tangga 7 bukan sekadar jalur alternatif yang menghubungkan Kuta Ateuh dengan pusat perdagangan di Kuta Barat dan Kuta Timur. Ia adalah jejak masa lalu yang kini kembali berwarna secara harfiah.
Dengan semarak warna warni, akan memberikan kesan ceria bagi yang melintas. Bahkan tak jarang warga tampak berhenti sejenak, sambil memperhatikan para pekerja yang tengah membuat “Tangga Tujuh” itu lebih berwarna dari biasanya.
Bahkan ada yang memotret. “Bagus sekali, seperti pelangi. Nanti bisa jadi tempat Pengambilan gambar” ujar warga yang melintas di sekitar lokasi.
Dengan wajah barunya, “Tangga Tujuh” bukan hanya menyimpan cerita tempoe duloe tetapi juga menjadi simbol bahwa gotong royong dan kepedulian bisa menghidupkan kembali sejarah untuk generasi penerus yang akan datang.
Sudar:(wrt), Kaperwil Propinsi Aceh.
Tidak ada komentar