Maluku, kpktipikor.id – Pemerintah Desa Awear Lama, Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, akhirnya angkat bicara menyikapi tuduhan serius yang dilayangkan oleh salah satu media online, yang menyebut kantor desa dijadikan tempat pesta miras. Tuduhan ini langsung dibantah keras oleh Kepala Seksi Pemerintahan, Joseph Seralarat, yang menyebut pemberitaan tersebut tidak hanya keliru, tetapi juga menyesatkan dan mencoreng kehormatan institusi pelayanan publik.
“Berita itu tidak berdasar dan sangat tendensius. Kami kecewa karena tidak ada klarifikasi ataupun upaya verifikasi dari media tersebut sebelum menaikkan berita. Ini bukan jurnalisme, ini fitnah,” tegas Seralarat saat dihubungi pada Sabtu (8/6).
Seralarat menggarisbawahi bahwa Kantor Desa Awear Lama adalah ruang pelayanan publik, bukan tempat pelanggaran hukum. Ia menegaskan tidak pernah ada pesta miras di lingkungan kantor desa, apalagi saat jam kerja.
“Kami di kantor hanya minum kopi, bukan sopi. Kalau media mau kredibel, harusnya turun ke lapangan dan tanya langsung, bukan membangun opini berdasarkan kebencian atau dugaan pribadi,” ujarnya tegas.
Meski kecewa dengan pemberitaan yang beredar, Pemerintah Desa Awear Lama tetap menyatakan dukungan terhadap kebebasan pers. Namun, mereka menuntut etika jurnalistik ditegakkan.
“Kami tidak anti kritik, kami terbuka untuk diawasi. Tapi kalau media tidak menjalankan prinsip cover both sides, tidak verifikasi, dan menyebar opini tanpa dasar, itu bukan pers profesional. Itu propaganda,” ungkap Joseph Seralarat.
Menurutnya, pers harus menjadi alat pencerdas masyarakat, bukan alat provokasi atau penyebar hoaks. Ia menilai berita yang disebarkan telah menyalahi fungsi dasar media sebagai saluran informasi yang objektif dan bertanggung jawab.
Joseph menegaskan bahwa Pemerintah Desa Awear Lama menjunjung tinggi prinsip transparansi, akuntabilitas, dan pelayanan profesional. Namun ia juga menolak dengan tegas bentuk pemberitaan yang tidak berdasarkan data dan fakta.
“Kami ini pelayan masyarakat, bukan pelaku kriminal. Jika ada kritik, kami terima. Tapi jangan menciptakan suasana gaduh dengan fitnah yang mengganggu ketertiban dan reputasi desa,” tegasnya lagi.
Di akhir pernyataannya, Seralarat mengajak media untuk kembali pada marwahnya: sebagai mitra pembangunan dan agen informasi yang sehat.
“Kami ingin media menjadi mitra kritis, bukan alat penghakiman. Pers harus jadi pilar demokrasi, bukan alat pembusukan,” pungkasnya.
Redaksi
Tidak ada komentar