Aceh Timur, kpktipikor.id – Praktik jurnalistik yang dianggap tidak sehat kembali menuai sorotan di Aceh Timur. Seorang wartawan lokal, Am, mengaku geram dengan ulah oknum wartawan kurang senior yang diduga kerap menaikkan berita-berita pencitraan atau yang dikenal dengan istilah “angkat telur”.
Menurut Am, sebagian besar jurnalis di Aceh Timur sudah sepakat untuk tidak lagi mempublikasikan berita-berita yang terkesan menjilat pihak tertentu, terutama terkait kegiatan rutin tahunan seperti bakti sosial yang hanya dilakukan sekali dalam setahun. Namun, baru-baru ini muncul kembali pemberitaan mengenai kegiatan tersebut yang dikirimkan ke berbagai grup WhatsApp oleh seorang wartawan berinisial F.
“Kami merasa kecewa. Ini semacam mencoreng semangat perubahan yang sedang diupayakan rekan-rekan jurnalis di Aceh Timur. Berita pencitraan seperti ini seolah hanya untuk mencari perhatian, bahkan demi untuk mendapatkan keuntungan pribadi,” ujar Am.
Ia menilai bahwa pemberitaan semacam itu tidak berdampak langsung terhadap peningkatan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat, dan justru memperburuk citra profesi wartawan di mata publik.
“Kalau mau memberitakan sesuatu, beritakan yang benar-benar bermanfaat. Jangan hanya menaikkan berita demi menjilat, itu memalukan,” tambahnya.
Am juga menuding bahwa F, salah satu wartawan yang aktif menyebarkan berita-berita pencitraan tersebut, merupakan dalang utama dari tren “angkat telur” di Aceh Timur yang dinilai sudah kelewatan.
Sejumlah jurnalis lain pun turut menyampaikan kekecewaan yang sama. Mereka berharap agar wartawan di Aceh Timur kembali pada prinsip etika jurnalistik dan berhenti menyajikan konten yang tidak membangun, apalagi hanya untuk kepentingan sesaat.
“Kita ingin perubahan nyata, bukan pencitraan murahan. Jika berita hanya jadi alat cari muka, pembangunan dan peningkatan ekonomi tidak akan pernah terjadi,” tegas salah satu jurnalis lainnya yang meminta namanya disingkat RH.
Laporan Saipul Ismail SF
Tidak ada komentar