Melangkah Tanpa Dendam: Menjaga Profesionalisme dan Nilai Positif

waktu baca 2 menit
Selasa, 30 Sep 2025 12:40 252 kaperwil sumut

Sumut Nias Selatan.30 September 2025 kpktipikor.id

Di tengah arus deras dinamika kehidupan, keputusan untuk melangkah tanpa membawa dendam dan tetap menjaga profesionalisme bukanlah pilihan yang lemah,melainkan pilar kekuatan sejati. Ia mencerminkan kedewasaan berpikir, kejernihan hati, dan keberanian untuk tidak terjebak dalam siklus prasangka dan balas dendam.

Di banyak situasi, orang dengan mudah terprovokasi oleh opini, asumsi, bahkan tuduhan yang belum tentu berdasar. Namun, memilih untuk tidak membalas tanpa bukti, dan tetap bersikap adil serta profesional, adalah tindakan langka yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang semakin langka dirayakan di ruang publik.

“Profesionalisme bukan hanya etika kerja. Ia adalah cerminan integritas, pilihan sadar untuk tetap jernih dalam badai emosi, dan keyakinan bahwa keadilan sejati tak selalu datang dari teriakan paling keras,” demikian kutipan dalam refleksi publik hari ini yang tengah menjadi bahan renungan di berbagai kalangan.

Menghindari prasangka dan memberi ruang untuk klarifikasi adalah bentuk penghormatan terhadap kebenaran yang mungkin lebih kompleks dari yang tampak. Dalam dunia kerja, politik, maupun jurnalistik, sikap ini tidak hanya penting—tetapi mutlak diperlukan demi menjaga marwah keadilan dan martabat kemanusiaan.

Ketika seseorang memilih untuk tidak membalas tuduhan atau perlakuan tidak adil yang belum terbukti, ia sejatinya sedang menyerahkan segala urusan kepada hukum dan kepada Tuhan yang Maha Mengetahui. Keyakinan bahwa kebenaran tidak perlu dibela dengan amarah, melainkan dengan kesabaran dan konsistensi dalam kebaikan, adalah bentuk kepercayaan terhadap keadilan ilahi.

“Tuhan itu adil. Ia menimbang niat, bukan sekadar tindakan; Ia melihat isi hati, bukan hanya tampilan luar,” ucap seorang tokoh masyarakat saat dimintai tanggapan oleh Kpktipikor.id.
Dalam konteks jurnalistik, sikap ini sangat relevan. Menulis dengan objektivitas, memberi ruang kepada semua pihak, dan menghindari narasi yang menggiring opini tanpa dasar—adalah bentuk tanggung jawab moral dan profesional. Sebab, berita bukan hanya tentang siapa yang salah dan benar, tetapi bagaimana kebenaran disampaikan dengan jujur dan adil.

Di saat dunia semakin bising dengan opini yang belum tentu faktual, barangkali yang kita butuhkan bukan suara yang lebih keras, tapi langkah-langkah yang lebih tenang, dewasa, dan berprinsip. Karena pada akhirnya, keadilan tidak akan datang karena kita membalas, tapi karena kita menjaga diri tetap bersih saat diuji.

(NOVERIUS SADAWA)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA